• Friday, 15 November 2024

Sisi Lain Ibnu Sutowo: Sosok Sentral Angkat Olahraga Golf Indonesia

Sisi Lain Ibnu Sutowo: Sosok Sentral Angkat Olahraga Golf Indonesia
Ibnu Sutowo saat berjumpa dengan legenda golf dunia, Arnold Palmer di Amerika Serikat pada 1970-an | Buku Ibnu Sutowo: Saatnya Saya Bercerita/ Dok. Keluarga Ibnu Sutowo

SEAToday.com, Jakarta - Pengurus Besar Persatuan Golf Indonesia (PGI) mengungkap ketertarikan generasi muda ke olahraga golf mulai meninggi. Kaum milenial dan Gen Z kerap meramaikan driving range (tempat latihan ayun stik golf) yang ada, khususnya di Jakarta.

Kenaikkan minat itu jadi bukti bahwa golf bukan monopoli orang tua dan atlet saja. Dulu golf hanya diminati secara terbatas saja. Namun, Ibnu Sutowo hadir supaya olahraga golf berkembang. Ia dijuluki banyak orang sebagai Bapak Golf Indonesia. Begini ceritanya.

Tiada yang meragukan pembangunan ekonomi besar-besaran terjadi di era Orde Baru (Orba). Pertumbuhan ekonomi yang meroket jadi muara bertumbuhnya kelas menengah. Orang kaya baru pun bermunculan. Mereka mulai mencari kesibukan seraya kaum elite di luar negeri.

Kondisi itu memengaruhi minat mereka terhadap olahraga. Olahraga yang dipilih bukan cuma asal cari keringat belaka. Mereka memulai mengadopsi kembali hobi elite pejabat era penjajahan Belanda: bermain golf.

Permainan golf mulai digandrungi banyak pejabat dan pengusaha Orba. Jajaran pejabat negara yang bermain golf bejibun. Presiden Soeharto sendiri gemar bermain golf. Pengusaha pun demikian. Ada nama Bob Hasan di dalamnya.

Ada pula satu nama yang mewakili keduanya, pejabat dan pengusaha. Sosok itu adalah Ibnu Sutowo. Direktur Utama Pertamina era 1968-1976 itu berjasa besar bagi dunia golf dan ekonomi Indonesia. Ia bahkan dijuluki sebagai Bapak Golf Indonesia. Ia banyak membangun lapangan golf dibanding swasta.

“Pelopor ‘nasionalisme ekonomi’ itu pada tahun 1970-an adalah Ibnu Sutowo. Ketika itu harga minyak dunia melonjak dan petrodolar melimpah ke kantong pemerintah. Ketika peran modal asing menjadi lebih kecil, pelbagai hal pun dibangun Ibnu dengan dana yang secara resmi milik negara: dari industri baja sampai rumah sakit modern, dari lapangan golf sampai (dalam rencana) pabrik pupuk terapung,” ungkap sastrawan Goenawan Mohamad dalam kolomnya Catatan Pinggir di majalah Tempo berjudul Reformasi, Katanya, 25 Mei 2003.

Kecanduan Golf

Benci jadi cinta. Begitulah kira-kira jika membedah koneksi antara Ibnu Sutowo dengan permainan golf. Mulanya kakek mertua Dian Sastro tak pernah terbayangkan akan bermain golf. Memikirkannya saja bak lelucon. Permainan golf dipandangnya tak lebih dari mainan kanak-kanak.

Pandangan itu berdasarkan kepada aktifnya Sutowo di dunia olahraga. Sedari kecil, di era penjajahan Belanda ia sudah biasa berolahraga intensitas tinggi. Ia terbiasa melakoni olahraga atletik, berenang, main basket, main bola, hingga tenis.

Khusus tenis, Sutowo menyukai bukan main. Ia kerap jadi bintang di antara rekan-rekannya di lapangan tenis. Ia bukan lagi taraf bermain tenis dengan gembira, tapi sudah sampai ke tahap mencari adrenalin dan kemenangan.

Satu-satunya masalah Ibnu Sutowo, tubuhnya seraya tak lagi dapat menampung kehebatannya. Belakangan ia kerap cidera. Bahasa gampangnya keceklik. Obatnya cuma tidur dan tidur. Masalah kesehatan itu tak satu dua kali dialami, tapi berkali-kali.

Sutowo pun mulai terngiang-ngiang obrolannya dari almarhum Jenderal Ahmad Yani (korban G30S). Sutowo pernah diminta mencoba permainan golf. Ia mencoba melakoninya. Sutowo berpikir paling tidak ia tak lagi beresiko cidera.

Ia menekuni golf dengan perlahan-lahan. Ia mulai mencoba memukul stik di pekaangan rumah saja. Karpet rumahnya jadi korban pukulan: bolong-bolong. Lama-kelamaan bermain golf jadi candu. Saban hari ia bisa bermain golf degan telaten.

“Saya nyandu banget, sampai istri saya terpaksa ikut main. tiap hari saya main dua kali, pagi dan sore. Sebab, itu istri saya bilang, saya main golf seminggu delapan kali. Perilaku hidup sehat tsaya terapkan secara konsekuen. Mungkin, ini yang membuat saya nampak, di mata orang, awet muda. Alhamdulillah,” ujar Ibnu Sutowo ditulis Ramadhan K.H. dalam buku Ibnu Sutowo: Saatnya Saya Bercerita! (2008).

Sutowo pun tak pilih-pilih kawan bermain golf. Ia menerima siapa saja. baginya, golf tidak saja memberikannya manfaat kesehatan, tapi juga golf jadi ajiannya berdiplomasi urusan politik dengan pemimpin atau pengusaha dalam dan luar negeri.

Sutowo tak lantas melupakan golf ketika berkunjung ke luar negeri. Ambil contoh kala Sutowo ke Amerika Serikat (AS). Ia pernah ikut turnamen golf di California pada 1977. Ia juga bermain golf dalam acara amal dari lapangan golf Bob Hope Dessert Classics. Sutowo bak menyediakan waktu khusus untuk itu.

Waktunya bermain Golf pun kian istimewa saat ia diangkat sebagai Ketua Jakarta Golf Club (JGC). Momentum yang paling istimewa bagi banyak orang adalah kala Sutowo bermain bersama Soeharto. Kedekatan itu yang kemudian membuat isu Soeharto melindungi Sutowo dalam masalah Pertamina.

Bangun Golf Indonesia

Kiprah Ibnu Sutowo memajukan golf pun tak setengah-setengah. Ia mampu menggunakan pengaruhnya sebagai Direktur Pertamina untuk membangun lapangan-lapangan golf di berbagai daerah. Pembangunan lapangan golf sampai menjelma jadi trade mark pertamina kala membangun akomodasi.

Sutowo membangun driving range (fasilitas untuk berlatih swing) dan lapangan golf dari Jakarta hingga Bali. Ada pun pembangunan lapangan golf yang sifatnya bisnis pribadi. Namun, kekuatan Sutowo dan Pertamina terus hadir bagi kemajuan golf Indonesia.

Barang siapa yang menggelar turnamen golf, kelas nasional atau internasional, Pertamina selalu diusahakan jadi sponsor. Sutowo tak pernah pelit untuk keluar banyak uang untuk kemajuan golf. Kondisi itu membuat pejabat dari negara sahabat mengaku salut dengan Sutowo.

“Saya telah mengunjungi Palembang beberapa kali, yang pertama adalah untuk permainan golf yang diorganisasi oleh Jenderal Ibnu Sutowo yang pada waktu itu menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina,” ungkap anggota parlemen Singapura era 1977-1984, Lee Khoon Choy dalam buku A Fragile Nation: The Indonesian Crisis (1999).

Ibnu pun tak hanya royal membangun lapangan golf. Ia juga kerap royal memberikan cinderamata kepada relasinya yang dianggap penting. Cinderamata itu antara lain seperangkat alat golf yang harganya mahal. Kebaikkan itu mendapatkan kritik tajam.

“Di samping pengeluaran-pengeluaran keuangan dalam jumlah yang amat besar untuk dana ini dan dana itu, yang berada di luar bidang pekerjaan Pertamina (belum dihitung hadiah-hadiah perangkat untuk main golf yang mahal-mahal harganya, yang dihadiahkan Ibnu Sutowo seenaknya pada banyak orang yang disenanginya atau yang diperlukannya), maka seluruh kebijaksanaan pimpinan Pertamina berada di luar rangka Pembangunan Lima Tahun yang disusun oleh Bappenas,” ungkap Mochtar Lubis dalam buku Tajuk-Tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya Volume 2 (1997).

Aroma foya-foya duit negara di balik kepedulian Sutowo dalam dunia golf memang terasa. Ia mencoba bertanggung jawab dengan mundur dari Pertamina. Namun, masalah itu tak menghapuskan fakta bahwa Sutowo layak menyandang gelar Bapak Golf Indonesia.

 

Share
Sport Update
Shin Tae-yong and Jay Idzes Share Insight into Indonesia's Chemistry Ahead of Japan Clash

Shin Tae-yong and Jay Idzes Share Insight into Indonesia's Chemistry Ahead of Japan Clash

Persib Players Feel Confident Amid Positive Streak

Persib Bandung is proving they’re a force to be reckoned with in the BRI Liga 1 2024/25 season.

Free MRT and Shuttle Bus Access for Indonesia vs Japan and Saudi...

Shuttle bus services will operate from Senayan and Istora MRT stations. A total of 20 Garuda Shuttle units and 15 Aqua Shuttle units will be available, with multiple pick-up points provided.

Positive Signs for Persib as David da Silva Returns to Scoring

Persib Bandung’s star striker, David da Silva, is back on track. The top scorer of last season’s BRI Liga 1 showcased his sharp instincts on November 9

Kevin Diks Is Ready to Play Against Japan?

Kevin Diks is confirmed to play for Indonesia’s national team in their match against Japan on (11/15/2024).