Cristiano Ronaldo dan Euro 2016: Musnahnya Nasib Sial Megabintang Portugal di Piala Eropa
SEAToday.com, Jakarta - Pembukaan kejuaraan sepak bola Piala Eropa (Euro 2024) di Jerman disambut dengan meriah pada 15 Juni 2024. Perhatian dunia tertuju ke beberapa pemain bintang yang memainkan Piala Eropa terakhirnya – The Last Dance.
Cristiano Ronaldo pun masuk dalam daftar. Megabintang sepak bola dunia itu mencoba merebut kembali Piala Eropa untuk menutup kariernya. Namun, perjuangan Ronaldo membawa Portugal di Piala Eropa tak pernah mudah. Ia pernah terseok-seok sebelum benar-benar mengangkat trofi Piala Eropa, Euro 2016. Begini ceritanya.
Perjalanan hidup seorang Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro penuh perjuangan. Pahit getirnya kehidupan pernah dicicipi Ronaldo. Pria kelahiran Funchal, Madeira, Portugal, 5 Februari 1985 bukan berasal dari keluarga yang kaya raya.
Ayahnya hanya berprofesi sebagai pembersih sepatu di klub sepak bola lokal, Andorinha. Ronaldo pun tak menyesalinya. Kemiskinan jadi pelecut semangatnya.
Profesi ayah itu justru jadi pintu utama Ronaldo mengembangkan bakatnya sebagai pesepakbola. Ronaldo bermain Andorinha sedari usianya 11 tahun. Ronaldo lalu pindah ke Klub Nacional pada 1995.
Dewi Fortuna pun berada di pihak Ronaldo. Pencari bakat dari klub raksasa Portugal, Sporting Lisbon (sekarang: Sporting CP) tertarik menggunakan jasanya pada 1997.
Mereka menganggap Ronaldo berbakat. Kesempatan tak datang dua kali. Ronaldo langsung memerima tawaran Sporting. Ia pun mulai bersungguh-sungguh masuk membela tim junior. Bakat Ronaldo yang menganggumkan membawanya menembus tim utama.
“Setelah diasah tiga tahun, bintang Ronaldo mulai mengkilap. Ia mencatat sejarah penting dengan masuk tim Sporting usia 16, 17, 18, 21 tahun, dan senior. Débutnya di tim senior dilakukannya dengan menjaringkan dua gol saat Sporting melumat Moreirense 3-0, tahun silam,”ujar Sapto Yunus dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Penari Bali dari Madeira, 28 September 2003.
Bersinar di Dua Raksasa Eropa
Penampilan Ronaldo mengunakan seragam kebanggaan Sporting Lisbon memukau banyak mata. Pelatih kenamaan dunia, Sir Alex Ferguson pun kepincut. Pelatih Manchester United (MU) itu menyaksikan langsung kehebatan Ronaldo mengolah si kulit bundar.
Klub berjuluk Setan Merah mulai menggunakan jasanya pada 2003. Fergie –panggilan akrab Ferguson—menganggap Ronaldo seraya bintang sepak bola masa depan. Ronaldo pun dianugerahkan nomor punggung legendaris: tujuh.
Ramalan Ferguson jadi kenyataan. Ronaldo menjelma sebagai mesin gol MU. Puncak penampilan Ronaldo di MU berlangsung pada musim 2007-2008. Musim itu Ronaldo dan kawan-kawan membawa MU jadi juara Liga Champions.
Nama Ronaldo kian kesohor. Banyak klub raksasa dunia mulai mencari cara meminang Ronaldo. Kehebatan Ronaldo pun mengundang raksasa Spanyol, Real Madrid untuk mengunakan jasanya.
“Bagi MU, kemudian Real Madrid, Ronaldo adalah semesta. Pria berjuluk CR7 adalah seorang penyerang yang tak kenal takut, yang dengan mudah dan gembira menghancurkan tim lawan sesuka hati untuk memastikan kemenangan untuk tim yang dibelanya,” ungkap Jamie Jackson dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Why Portugal’s Cristiano Ronaldo is no Longer A Universe Beater, 19 Juni 2016.
Kepindahan Ronaldo ke Real Madrid disambut dengan suka cita pada 2009. Banyak pengamat olahraga dan pelatih dunia meramal Ronaldo akan gemilang bersama Real Madrid.
Ia mampu jadi tumpuan lini serang Real Madrid. Ronaldo pun meraih segalanya bersama Real Madrid: Liga Spanyol, Liga Champions, dan Copa Del Rey (Piala Raja). prestasi itu dilangkapi pula oleh pencapaian Ronaldo secara individu -- pemain terbaik dunia hingga memecahkan banyak rekor sepak bola dunia.
Piala Eropa Pertama
Kecemerlangan Ronaldo di level klub tak perlu diragukan. Beda hal dengan Ronaldo saat membela panji timnas Portugal dalam hajatan Internasional. Ronaldo kerap diragukan dapat memenangkan gelar bagi negaranya.
Ronaldo dan kawan-kawan kerap dijegal dari penyelengaraan Piala Eropa. Ronaldo sempat membawa warna baru bagi Portugal di Piala Eropa 2004. Kontestasi Piala Eropa pertama Ronaldo itu mulanya berlangsung mulus. Portugal sendiri jadi tuan rumah.
Timnas Portugal pun mampu melaju hingga final. Namun, keberuntungan tak memihak Portugal. Timnas Portugal justru kalah dalam adu pinalti dengan Yunani. Bekal kekalahan itu dianggap Ronaldo sebagai pelajaran penting dalam menaklukkan lawan-lawan di Piala Eropa selanjutnya.
Masalahnya, kemenangan bukan hal yang mudah diraih. Portugal justru tersingkir dari Piala Eropa 2008 dan 2012. Ronaldo pun tak ingin menyia-nyiakan penyelenggaraan Piala Eropa 2016 yang berlangsung di Prancis.
Ronaldo sudah kepincut ingin mengangkat Piala Eropa bersama Portugal. Ia memulai babak penyisihan dengan percaya diri. Namun, Portugal justru mampu lanjut ke babak berikutnya dengan jadi peringkat tiga terbaik dari Grup F. Portugal diragukan banyak orang menang.
Kepercayaan Ronaldo dan kawan-kawan justru meningkat. Keraguan pencinta bol dunia terhadap Portugal dibalas dengan rentetan kemenangan. Portugal mampu melibas Kroasia di babak 16 besar dengan skor 0-1.
Portugal kembali menang melawan Polandia di perempat final. Walaupun lewat drama adu penalty dengan Poladia. Ronaldo tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia dan timnya mampu melumat Wales 2-0 di semi final. Masing-masing gol disumbang oleh Ronaldo (menit 50) dan Luis Nani (menit 53).
Portugal akhirnya ke final melawan tuan rumah Prancis di Stadion Stade de France. Petaka sempat muncul. Ronaldo cidera di tengah pertandingan dan terpaksa keluar lapangan. Rakyat Portugal pun tak tenang. Demikian pula Ronaldo dipinggir lapangan.
Semangat bermain timnas Portugal sedang menyala. Mereka yang tak diunggul justru mampu melibas Prancis di negaranya sendiri.
“Sebaliknya, pemain Portugal itu malah bertahan, membawa pertandingan ke perpanjangan waktu dan – dengan Ronaldo yang tertatih-tatih di pinggir lapangan – mengejutkan Prancis dengan gol Eder di menit ke-109, mengalahkan tuan rumah, 1-0, untuk mengklaim trofi sepak bola besar pertama Portugal,” tegas Sam Borden dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul At Euro 2016 Final, Portugal Loses Ronaldo but Defeats France, 10 Juli 2016.
Penantian yang ditunggu akhirnya tercapai. Keberhasilan itu jadi momen penting bagi Ronaldo dan seisi Portugal. Piala Eropa untuk Portugal itu begitu berkesan. Momentum itu juga jadi pembuktian bahwa Ronaldo tak hanya seorang diri mampu bersinar, tapi seluruh timnas Portugal. Kepuasaan yang raih Ronaldo pun seraya pribahasa: Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang kemudian, bersakit-sakit, bersenang-senang kemudian.
Recommended Article
Sport Update
Persib Players Feel Confident Amid Positive Streak
Persib Bandung is proving they’re a force to be reckoned with in the BRI Liga 1 2024/25 season.
Free MRT and Shuttle Bus Access for Indonesia vs Japan and Saudi...
Shuttle bus services will operate from Senayan and Istora MRT stations. A total of 20 Garuda Shuttle units and 15 Aqua Shuttle units will be available, with multiple pick-up points provided.
Positive Signs for Persib as David da Silva Returns to Scoring
Persib Bandung’s star striker, David da Silva, is back on track. The top scorer of last season’s BRI Liga 1 showcased his sharp instincts on November 9
Kevin Diks Is Ready to Play Against Japan?
Kevin Diks is confirmed to play for Indonesia’s national team in their match against Japan on (11/15/2024).
Popular Post
Indonesia Climbs Four Spots in FIFA Rankings, Erick Thohir Praise...
Indonesia’s national football team has risen four spots in the FIFA rankings, now sitting at 129th.
Indonesian National Footbal Team Prospects Justin Hubner Set to O...
Justin Hubner will undergo an oath-taking procession as an Indonesian citizen (WNI) in Jakarta on Wednesday (12/6).
Indonesian Women Singles Ruzana Wins Sri Lanka International Seri...
Indonesian women's singles badminton player Ruzana won the Sri Lanka International Series 2024 tournament held at the Indoor Stadium Galle.