• Sabtu, 21 September 2024

Markis Kido dan Medali Emas Olimpiade: Kisah Hidup Mati di Lapangan Bulu tangkis

Markis Kido dan Medali Emas Olimpiade: Kisah Hidup Mati di Lapangan Bulu tangkis
Legenda Bulu Tangkis Indonesia, Markis Kido | BWFbadminton.com

SEAToday.com, Jakarta - Penggemar bulu tangkis dunia kembali berduka pada 30 Juni 2024. Kedukaan itu muncul karena atlet bulu tangkis China, Zhang Zhi Jie meninggal dunia setelah bertanding di Kejuaraan Bulu Tangkis Junior Asia 2024 di Yogyakarta.

Zhang mendadak jatuh dan tak sadarkan diri. Ia dilarikan ke rumah sakit, tapi nyawa tak selamat. Kematian di arena bulu tangkis sebenarnya bukan yang pertama. Dulu legenda bulu tangkis Indonesia, Markis Kido juga sekarat di lapangan bulu tangkis. Suatu kondisi yang membuatnya dikenang hidup dan mati di dunia badminton. Begini ceritanya.

Tiada yang sulit dalam hal menemukan Kecintaan yang tulus kepada dunia bulu tangkis. Bentuk kecintaan tanpa syarat itu hadir dalam sosok Markis Kido. Pria kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1984 seraya menemukan olahraga bulu tangkis bak cinta pertama.

Kido mengalami fase mengenal, mencari tahu, hingga jatuh dalam gairah kecintaan yang amat dalam ke dunia bulu tangkis. Sedari kecil Kido sudah aktif bermain bulu tangkis dan jago. Keterampilan itu buat Kido masuk ke klub bulu tangkis populer, PB Jaya Raya.

Kido ditempa. Intensitasnya berlatih ditingkatkan. Motivasinya berlatih terus digedor. Ketekunan dan kerja keras Kido terlihat dari keterampilannya bermain bulu tangkis yang meningkat. Ia pun masuk Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) pada 2001.

Ia mulanya bermain dinomor tunggal, tapi kurang bertaji. Ia dipindahkan ke nomor ganda putra dan dipasangkan dengan Hendra Setiawan pada 2003. Dewi fortuna lalu ‘merestui’ kariernya dengan kemenangan-kemenangan.

Prestasi ganda putra itu mulai berdatangakan satu demi satu. Kido berani bermimpi supaya dapat meraih penghargaan tertinggi dalam dunia olahraga bulu tangkis: Olimpiade.

“Dalam waktu dekat, mereka mengincar gelar juara di berbagai turnamen lain, terutama All England. Anak kedua dari empat bersaudara pasangan Djumhar Bey Anwar dan Yul Asteria, Kido menatap Jangka panjangnya medali emas Olimpiade," ujar Lis Yuliawati dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Gedoran yang Mematikan (2005).

Menang Olimpiade

Markis Kido-Hendra Setiawan menjelma jadi ganda putra kuat di Indonesia, kemudian dunia. Tiada yang tak gentar melawan keduanya. Kehebatan itu karena ganda campuran itu dikenal bertipe permainan menyerang hingga cepat dengan bola-bola datar jadi senjata andalan.

Kehebatan itu ditunjang pula dengan kekompakan keduanya di dalam dan luar lapangan bulu tangkis. Keduanya sama-sama menyukai permainan biliar. Kedekatan itu membawa hasil signifikan untuk karier ganda campuran.  

Mereka pernah jadi juara Asian Badminton Championships dan Indonesia Open 2005. Tren positif itu terus berlanjut. Mereka terus menatap posisi sebagai ganda putra nomor satu dunia. Keinginan lalu secara paripurna ditujukan lewat munculnya nama Markis Kido-Hendra Setiawan di China Super Series. Mereka juga mempersembahkan emas Sea Games 2007.

Markis Kido-Hendra Setiawan mulai menatap mimpi meraih lambang supremasi tertinggi bulu tangkis. Emas Olimpiade Beijing 2008 mulai dibidik keduanya. Latihan keras mulai dimainkan. Tujuannya supaya matang melawan segala macam pebulutangkis level dunia yang tak boleh dianggap enteng.

"Semua lawan harus diwaspadai. Ini Olimpiade, jadi semua pesaing tidak boleh dianggap enteng Perlawanan yang akan mereka berikan juga pasti berbeda jika dibandingkan dengan seri turnamen dunia," pelatih kepala Pelatnas Cipayung, Christian Hadinata ditulis Broto Happy Wondomisnowo dalam buku Baktiku Bagi Indonesia (2011).

Markis Kido-Hendra Setiawan pun langsung dipertemukan dengan lawan-lawan kuat. Keduanya harus menghadapi pasangan ganda putra tangguh asal Malaysia, Koo Kien Keat-Tan Boon Heong diperempat final. Mereka menang atas ganda Malaysia dua set langsung, 21-16 dan 21-18.

Kemenangan itu menjadi amunisi untuk kepercayaan diri. Keduanya lebih tenang kala menghadapi ganda putra Denmark, Lars Paaske-Jonas Rasmussen pada babak semi final. Suatu ketenangan yang membuat menang mudah dua gim langsung, 21-19, 21-17.

Gemuruh dukungan rakyat Indonesia kepada Markis Kido-Hendra Setiawan memuncak pada babak final. Ada yang memberikan dukungan langsung. Ada pula yang menyaksikan penampilan keduanya lewat lewat layar kaca.

“Pada tanggal 16 Agustus 2008 saya ikut menyaksikan pertandingan final bulu tangkis Olimpiade Beijing 2008 dengan jantung berdebar-debar. Alasan pertama, karena Markis Kido dan Hendra Setiawan adalah atlet didikan Klub Bulu tangkis Jaya Raya, sebuah klub olahraga yang saya dirikan 30 tahun silam,” tulis Ciputra dalam bukunya Ciputra Quantum Leap (2013).

Ketegangan partai final tak dapat disembunyikan. Ganda putra Indonesia akan melawan musuh bebuyutan yang berstatus tuan rumah pasangan China, Cai Yun-Fu Haifeng. Mulanya keduanya tegang. Namun, semangat pantang menyerah membuat keduanya  bermain lepas.

Hasilnya mengagumkan.Pertarungan rubber game melelahkan itu dimenangkan Markis Kido-Hendra Setiawan, 12-21, 21-11, 21-16. Mereka pun meneruskan tradisi meraih emas di Olimpiade untuk cabang bulu tangkis.

Prestasi itu membuat bangsa seisi Indonesia. Keduanya dianggap sebagai pahlawan olahraga Indonesia dan tiada keraguan untuk itu.

Hidup Mati di Lapangan Bulu Tangkis

Prestasi terus diukir Markis Kido-Hendra Setiawan. Kedua seraya tak henti-hentinya menunjukkan taring di dunia bulu tangkis. Apalagi, kehebatan keduanya kian disempurnakan dengan raihan medali emas Asian Games di Guangzhou 2010.

Kido pun mencoba mencari tantangan baru. Duetnya dengan Hendra Setiawan diakhiri pada 2013. Markis Kido sempat berpasangan dengan Marcus Fernaldi Gideon. Bahkan, Kido sempat mencoba tantangan baru bermain di nomor ganda campuran dengan adiknya Pia Zebadiah Bernadet dan mendapatkan prestasi.

Karier sempurna Kido pun diakhiri keputusan gantung raket. Ia memilih jadi pelatih ganda campuran dari klub bulu tangkis yang membesarkan namanya PB Jaya Raya. Namun, bukan berarti ia tak lagi bermain bulu tangkis.

Sesekali ia aktif untuk cari keringat dengan melawan rekan-rekannya. Namun, hari buruk terjadi pada 14 Juni 2021. Kido dengan perasaan senang menuju ke GOR Petrolin, Alam Sutera, Tangerang. Ia bermain bersama pebulutangkis Candra Wijaya.

Keduanya menikmati permainan. Set pertama berlangsung aman. Markis Kido lalu berpindah lapangan dan tiba-tiba Kido kolaps. Seisi gedung panik bukan main dan Markis Kido dilarikan ke rumah sakit  Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Serpong Utara, Tangerang Selatan.

”Dari sisi teman-teman di sana, ketika pingsan itu, dia (Kido) sempat ngorok. Ada indikasi Kido mengalami serangan jantung. Tapi, sejauh ini belum menerima laporan dari dokternya,” kata Kabidhumas PP PBSI, Broto Happy dikutip Ragil Putra Irmalia ditulis Ragil Putri Irmalia di laman Jawa Pos berjudul Mengenang Markis Kido: Lucu, Gigih, dan Ngemong Pemain Muda, Selasa 15 Juni 2021.  

Nyawa Kido tak tertolong. Kido diklaim sudah dalam keadaan henti napas dan jantung ketika tiba. Keluarga besar Kido dan rakyat Indonesia berduka. Kondisi itu menurut penuturan keluarganya, kepergian Kido seraya menegaskan pandangan bahwa ia hidup dan mati di lapangan bulu tangkis.

Share
Info Olahraga
Olimpiade Paris 2024: Belgia Mundur dari Triathlon Campuran, Setelah yang Berenang di Sungai Seine Jatuh Sakit

Olimpiade Paris 2024: Belgia Mundur dari Triathlon Campuran, Setelah yang Berenang di Sungai Seine J...

Momen Langka Atlet Korea Selatan dan Korea Utara Selfie Bersama d...

Momen langka pemain tenis meja Korea Utara dan Korea Selatan berpose selfie bersama di podium Olimpiade Paris 2024 usai mengalungi medali, Selasa, 30 Juli 2024.

Jadwal Bulu Tangkis Wakil Indonesia di Olimpiade Paris 2024, Sela...

Atlet bulu tangkis Indonesia siap kembali berlaga di Olimpiade Paris 2024, Selasa, 30 Juli 2024.

Olimpiade Paris 2024: Anthony Sukasini Ginting Raih Kemenangan Pe...

Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting menaklukkan atlet asal Amerika Serikat, Howard Shu dua set langsung di Olimpiade Paris 2024, Minggu (28/7) dalam waktu 34 menit.

Olimpiade Paris 2024: Gregoria Memenangkan Pertandingan Pertama,...

Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung berhasil menaklukkan Pulona Buhrova, atlet Ukraina di Olimpiade Paris 2024 pada Minggu (28/7).

Trending Topics