Yao Ming dan Houston Rockets: Nyali Si Tembok China Goyang Kompetisi Basket NBA
SEAToday.com, Jakarta - Belakangan pebasket wanita Tiongkok, Zhang Ziyu menarik perhatian pecinta basket dunia karena tinggi badannya. Aksi Ziyu mendominasi Piala Asia Wanita FIBA U18 2024 membawa kehebohan. Wanita yang memiliki tinggi badan 2,2 meter mampu mencetak 55 poin hanya dalam dunia pertandingan.
Cerita Ziyu seraya membawa kembali ingatan lama terkait pebasket tinggi Tiongkok, Yao Ming. The Ming Dynasty tak saja mengharumkan nama Tiongkok, tapi ia berhasil menembus kompetisi NBA dengan bermain bersama Houston Rockets. Begini ceritanya.
Buah tak jauh jatuh dari pohonnya. Itulah gambaran kehidupan pebasket asal Tiongkok, Yao Ming. Kedua orang tuanya merupakan pasangan pemain basket profesional, Yao Zhiyuan dan Fang Fengdi. Bakat itu nyatanya mengalir dalam darah Yao Ming kecil.
Pria kelahiran Shanghai, 12 September 1980 itu sudah akrab dengan rutinitas berlatih basket sejak kecil. Ia dimasukkan ke sekolah basket untuk remaja. Namun, latihan basketnya tak berlangsung mulus. Orang tuanya melihat Yao Ming kurang semangat dalam membuat angka.
Siasat pun dimainkan. Orang tua Yao Ming lalu menjanjikan hadiah setiap sang anak berhasil melesatkan bola basket jadi angka.
"Mungkin sekitar tahun 1998 sampai 1999 saya mulai menyukai bola basket. Ketika saya pertama kali mulai, itu seperti saya setengah dipaksa untuk melakukannya, murni karena pada saat orang tua saya adalah pemain bola basket, dan saya juga merasa seperti saya melakukannya untuk kepentingan mereka, dan karenanya saya mengatakan bahwa apa pun yang terjadi, saya harus melakukan yang terbaik dan bertahan,” ungkap Yao Ming ditulis Chunfei Xiao dalam buku Yao Ming: The Road to the NBA (2004).
Siasat hadiah membawa hasil yang signifikan. Yao Ming yang baru berusia 13 tahun berhasil masuk jadi tim junior klub basket nasional, Shanghai Sharks. Yao Ming terus berlatih dengan tekun. Ia mulai merangkai mimpi jadi atlet basket profesional.
Ia mulai merasakan serunya bermain bersama tim senior Shanghai Sharks. Prestasinya menanjak. Yao Ming berhasil mencetak rata-rata 27 angka bersama Shanghai Sharks. Puncaknya ia terpilih membela timnas China bermain di Olimpiade 2000 di Australia.
Pinangan Houston Rockets
Tiada yang meragukan kehebatan Yao Ming bersama Shanghai Sharks dan timnas Tiongkok. keterampilannya bermain basket memukau banyak mata. Pria yang memiliki tinggi 2,29 meter itu tak menyangka mendapatkan kesempatan untuk unjuk gigi di kompetisi basket Amerika Serikat (AS), NBA.
Yao Ming diminta untuk menunjukkan bakatnya di NBA Draf pada 2002. Suatu acara tahunan yang memungkinkan tim basket dari NBA mencari pemain muda berbakat dan bergabung di liga. Ia berhasil menunjukkan kemampuan terbaiknya dan jadi pilihan nomor satu dalam NBA Draft 2002.
Pria bejuluk Si Tembok China itu berhasil jadi pemain internasional pertama yang jadi pilihan teratas. Sebelumnya, tak pernah ada pemain asing, apalagi bukan bermain basket dari perguruan tinggi di AS yang seperti Yao Ming.
Klub basket berbasis di Houston, Texas, Houston Rockets kepincut. Yao Ming dibelinya dari Shanghai Sharks dengan mahar Rp160 miliar pada 2002. Yao Ming pun harus berbagi penghasilannya di NBA kepada Asosiasi Basket Tiongkok (CBA).
Hal itu jadi syarat utama supaya Yao Ming bisa bermain di NBA. Satu masalah selesai, masalah lain muncul. Kemunculan Yao Ming di NBA pun tak luput dari kritikan. Suara-suara pesimis muncul dari mana-mana.
Yoa Ming dianggap takkan mampu bertahan lama di NBA. Jika bertahan Yoa Ming hanya jadi pelapis klub saja bukan pemain inti. Penampilan Yao Ming diyakini hanya dapat memukau CBA saja. bukan NBA.
Fase awal Yao Ming bergabung memang terasa jadi hari-hari tersulitnya. Yao Ming harus beradaptasi banyak hal. Pelatih Houston Rockets kala itu Rudy Tomjanovich percaya benar bahwa Yao Ming dapat menjadi bintang Houston Rockets.
“Rudy sempat pula mengkhawatirkan kemungkinan itu. Hanya belakangan dia mulai lega melihat penampilan si Tembok Cina itu. Yao Ming sudah semakin lincah jarang terjatuh, dan mempesona. Dan jika segalanya terus berjalan baik, bukan tidak mungkin dia bisa membuktikan diri sebagai bintang yang disegani,” ujar Agung Rulianto dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Terpesona si Tembok Cina, 27 Oktober 2002.
Rudy menggunakan segala macam metode untuk menumbuhkan semangat Yao Ming mengarungi kompetisi. Ia yakin Yao Ming butuh waktu untuk mencapai penampilan terbaiknya. Rudy pun mulai memberikan pelatihan khusus kepada Yao Ming.
Yao Ming bak disiapkannya untuk menghadapi lawan-lawan elite dalam dunia basket. Mental Yao Ming ditempa. Tenanganya dikuras habis-habisan. Hasilnya performa Yao Ming meningkat. Ia jadi andalan Houston Rockets meraih kemenangan demi kemenangan.
Ia mulai dianggap sejajar dengan bintang dalam liga lainnya. Yoa Ming sampai diyakini penggemar basket dunia sebagai musuh bebuyutan dari Shaquille O'Neal yang bermain untuk Los Angeles Lakers (1996-2004) dan Miami Heat (2004-2008).
"Yao Ming bersiap menghadapi berbagai tipe pemain yang akan dihadapinya. Mereka mungkin lebih kuat dari Yao Ming dan lebih atletis daripada banyak pemain yang pernah dihadapi sebelumnya. Dan Yao Ming siap menghadapi serangan ganda dan hal-hal seperti itu. Ia adalah pengumpan yang sangat maju untuk pemain muda bertubuh besar, dan tentu saja ia bisa melewati pertahanan lawan,” puji Rudi dikutip Rhiannon Walker dalam laman The Athletic berjudul How Yao Ming Broke Into the NBA and Created a Lasting Legacy, 28 Oktober 2022.
Permainan basket Yoa Ming menuai pujian. Yao Ming pun mampu mendapatkan gelar sebagai Rookie of the Year 2003. Performa itu membuatnya masuk sebagai NBA All Star delapan kaili, dua kali All NBA Second Team, dan tiga kali All NBA Third Team.
Yao Ming pun memilih pensiun karena serentetan cidera. Keputusan itu mendai akhir pengabdiannya bersama Houston Rockets pada 2011. Houston Rockets pun senang dengan kehadiran Yoa Ming. Sebagai apresiasi Houston Rockets menggelar upacara perpisahan untuk Yao Ming dan nomor punggungnya, 11 pun dipensiunkan.
Recommended Article
Sport Update
Free MRT and Shuttle Bus Access for Indonesia vs Japan and Saudi...
Shuttle bus services will operate from Senayan and Istora MRT stations. A total of 20 Garuda Shuttle units and 15 Aqua Shuttle units will be available, with multiple pick-up points provided.
Positive Signs for Persib as David da Silva Returns to Scoring
Persib Bandung’s star striker, David da Silva, is back on track. The top scorer of last season’s BRI Liga 1 showcased his sharp instincts on November 9
Kevin Diks Is Ready to Play Against Japan?
Kevin Diks is confirmed to play for Indonesia’s national team in their match against Japan on (11/15/2024).
PSSI Chairman Erick Thohir's Hopes for Kevin Diks Ahead of Potent...
Indonesian Football Association (PSSI) Chairman Erick Thohir expressed optimism about Kevin Diks' impact on the national team's defense
Popular Post
Indonesia Climbs Four Spots in FIFA Rankings, Erick Thohir Praise...
Indonesia’s national football team has risen four spots in the FIFA rankings, now sitting at 129th.
Indonesian National Footbal Team Prospects Justin Hubner Set to O...
Justin Hubner will undergo an oath-taking procession as an Indonesian citizen (WNI) in Jakarta on Wednesday (12/6).
Indonesian Women Singles Ruzana Wins Sri Lanka International Seri...
Indonesian women's singles badminton player Ruzana won the Sri Lanka International Series 2024 tournament held at the Indoor Stadium Galle.