• Tuesday, 13 May 2025

Mike Tyson dan Dunia Tinju: Alasan Si Leher Besi Gagal Ikut Olimpiade Los Angeles 1984

Mike Tyson dan Dunia Tinju: Alasan Si Leher Besi Gagal Ikut Olimpiade Los Angeles 1984
Wajah petinju kesohor dunia Mike Tyson berada di halaman depan sebuah majalah | Wikimedia Commons/El Grafico

SEAToday.com, Jakarta - Mantan juara tinju dunia kelas berat, Mike Tyson menggemparkan dunia pada 16 November 2024. Pria berjuluk The Iron Mike yang sudah berusia lanjut memilih untuk naik ring kembali melawan petinju muda, Jake Paul di Stadion AT&T di Arlington, Texas, Amerika Serikat (AS).

Mike pun mendapatkan apresiasi besar walau kalah. Mike mampu bertahan selama delapan ronde. Dulu kala, Mike juga pernah merasakan kegagalan. Ia pernah gagal mewakili tim AS berlaga dalam hajatan Olimpiade Los Angeles 1984. Begini ceritanya.

Tiada yang meragukan kerasnya hidup jadi penentu kesuksesan di masa depan. Itulah yang diamani oleh seorang Mike Tyson. Pria kelahiran New York, 30 Juni 1965 itu tak pernah merasakan mulusnya hidup sedari kecil.

Ia menemukan kenyataan bahwa ayah dan ibunya telah berpisah. Ia sama sekali tak mendapatkan figur seorang ayah. Kondisi itu membuat Mike tumbuh liar sedari umur 10. Kenakalannya tak terkendalikan. Mike selalu bisa membuat banyak orang geleng-geleng dengan kenakalannya di jalanan Brooklyn.

Ia kerap kedapatan mencopet dan memeras orang. Ia juga jadi pengedar narkoba. Saban hari ia melakoni aktivitas dengan suka cita. Namun, tiap kenakalan ada konsekuensinya. Ia ditangkap dan ditempatkan ke penitipan anak nakal, Tyron School.

Alih-alih jera, Mike justru mendapatkan teman baru. Bobby Steward, namanya. Bobby yang notabene penjaga sekolah di Tyron School memang mantan petinju bayaran. Keakraban keduanya membawa Mike tertarik dengan dunia tinju.

Bobby mengajari dasar-dasar tinju ke Mike. Bobby melihat Mike punya potensi besar. Konon, Bobby sudah meramal bahwa suatu saat Mike akan jadi bintang tinju dunia.

“Bobby dulu petinju bayaran. Dari dialah –selalu sebelumnya dengan janji Tyson mau mengembangkan pelajaran membacanya— bocah nakal ini belajar tinju. Bobby rupanya melihat bakat terpendam ada pada Tyson,” ujar Marah Sakti dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Juara Termuda sampai Tua, 29 November 1986.

Karier Cemerlang

Orang tua Mike boleh jadi angkat tangan dalam mendisiplinnya. Namun, tidak dengan Bobby. Mike cenderung nurut. Instruksi tinju yang diberikan Bobby kerap diikutinya. Tidak boleh tidak. Kondisi itu membuat polesan Bobby ke Mike mulai terlihat.

Bobby merasakan kemampuan Mike yang terus bertambah. Kekuatan tinjunya menggelegar. Namun, Bobby mulai menyadari bahwa ia bukan pelatih profesional. Bobby lalu menceritakan bakat Mike kepada seorang kawannya. Hasilnya, Mike langsung dibawa keluar dari Tyron School.

Belakangan orang itu dikenal dengan nama Cus D’Amato. Cus menganggap Mike bak anak sendiri. Mike sebaliknya. Ia menganggap Cus sebagai ayahnya. Mike bak berada di tangan yang tepat. Cus jadi orang kedua yang melihat potensi besar Mike.

“Cus D'Amato, pelatih kelahiran Bronx berusia 70-an yang telah menemukan petinju profesional, Rocky Marciano dan Floyd Patterson. D'Amato menyambut Mike di rumahnya, memberinya makan, mendidik, melatih, mendisiplinkan, dan mencintainya. Mke belum pernah mengenal orang seperti ini. Keduanya menjadi tak terpisahkan,” ungkap Simon Hattenstone dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Mike Tyson: I’m Ashamed of so Many Things I've Done', 21 Maret 2009.

Cus pun mencoba meramalkan hal yang sama bahwa Mike suatu saat nanti akan jadi juara dunia. Beruntung Cus bukan orang yang hanya doyan bermimpi saja. Ia mencoba menciptakan jalan Mike menuju kesuksesan dalam dunia tinju.

Cus mencoba mengeluarkan segala potensi terbaik yang dimiliki Mike. Cus kerap mengajak Mike berlatih dan menonton tinju. Keduanya banyak berdiskusi panjang bagaimana cara menaklukkan lawan-lawan. Cus mengarahkan Mike. Disiplin jadi fondasi utamanya.

Cus pun bak menjinakkan seorang Mike dan berhasil. Mike jadi petinju pendatang baru yang menggemparkan Negeri Paman Sam. Dunia tinju amatir dijelajahinya. Dunia profesional coba ditaklukkan. Lawan-lawannya dibuat bertekut lutut karena kecepatan dan kekerasan pukulan Mike.

Gagal ikut Olimpiade

Eksistensi Mike di ring tinju menggelegar. Ia bersedia melawan siapa saja.  Mike ingin menaklukkan tinju dunia. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan tiap naik ring. Mike sampai memiliki keinginan untuk membela AS dalam cabang tinju kelas berat di Olimpiade Los Angeles 1984.

Mike memang memiliki prestasi bejibun. Namun, aturan mengharuskannya ikut audisi. Gayung bersambut. Mike mampu melaju hingga final uji coba tinju. Ia kala itu melawan petinju AS lainnya, Henry Tillman.

Hasilnya mengejutkan. Mike justru kalah angka dari Tillman. Kekalahan itu tak bisa dimaafkan Mike. Ia menganggap bahwa terjadi kecurangan. Tanding ulang sempat dilakukan. Hasilnya sama saja. Mike kalah dalam hitungan angka. Suatu penilaian yang dianggap Mike tak adil.

"Ketika mereka mengumumkan keputusan itu, saya tidak percaya mereka memberikannya kepada Tillman. Seluruh organisasi tinju amatir membenci saya. Mereka tidak suka sikap sombong saya di Brownsville. Saya berperilaku baik, tetapi Anda masih bisa melihat kesombongan khas New York yang terpancar," ujar Mike sebagaimana dikutip Jake Bayliss laman Mirror berjudul Why Mike Tyson Never Competed at the Olympics Despite Prolific Heavyweight Career, 8 Agustus 2024.

Kekalahan Mike harus dibayar mahal. Ia tak diangkut jadi wakil AS dalam Olimpiade Los Angeles 1984. Kekesalan Mike pun kian memuncak karena Tillman masuk dalam kategori petinju kelas berat berprestasi.

Tillman mampu mempersembahkan medali emas untuk AS setelah mengalahkan Willie DeWit dari Kanada dalam Olimpiade Los Angeles. Mike pun tak putus asa. Kegagalan itu justru jadi pelecut semangat Mike untuk terus naik ring dan menang.

Puncaknya, Mike mampu mendapatkan gelar juara dunia tinju kelas berat kala mengalahkan Trevor Berbick dua tahun setelah Olimpiade Los Angeles di gelar, atau pada 1988. Usia Mike kala itu masih 20 tahun, 4 bulan, 22 hari.

Kegagalan ikut Olimpiade tak lantas dilupakan Mike kala menjadi juara dunia. Ia kemudian bertemu kembali dengan Tillman dalam pertandingan tinju pada 16 Juni 1990. Mike tak melepaskan Tillman begitu saja. Tillman pun kalah hanya dalam ronde satu. Alhasil, balas dendam Mike tunai sudah.

 

Share
Indonesia National Team
Indonesia FIFA Ranking Rises to 123rd

Indonesia FIFA Ranking Rises to 123rd

Kevin Diks Aims Win Against China

Indonesian national team defender Kevin Diks is targeting a win over China on June 5.

Indonesia Vs Bahrain: Ole Romeny Goal Keeps Garuda's Chance Alive...

The Indonesian national team maintained its chances of qualifying for the fourth round of the 2026 World Cup Qualifiers after a narrow 1-0 win over Bahrain.

No Mees Hilgers and Sandy Walsh for Indonesia Vs Bahrain?

The Indonesian national team is likely to be without Mees Hilgers in the match against Bahrain in the continuation of the 2026 World Cup Qualifiers

Calvin Verdonk: Indonesia Can Win Against Bahrain

Indonesian national team defender Calvin Verdonk is optimistic that his team can win against Bahrain in the continuation of the 2026 World Cup Qualifiers

Trending Topic
Sport Update
Sports Minister Confirms Indra Sjafri to Coach Indonesia’s 2025 SEA Games Football Team

Sports Minister Confirms Indra Sjafri to Coach Indonesia’s 2025 SEA Games Football Team

Mohamed Salah Shines as Liverpool Defeats Manchester City 2-0 at...

Mohamed Salah once again proved himself as Liverpool’s key player, scoring one goal and providing an assist in their 2-0 victory over Manchester City at Etihad Stadium on Sunday local time or early Monday (2/24) morning...

PSSI Fires Indonesian U20 National Team Coach Indra Sjafri

PSSI officially relieved Indonesia U20 national team coach Indra Sjafri of his duties.

PSSI to Naturalize Three Players Before Indonesia vs Australia Ma...

PSSI plans to naturalize three diaspora players ahead of Indonesia’s match against Australia in the third round of the 2026 FIFA World Cup Asian qualifiers on March 20.

Ayu Pertiwi Martina Wins 2025 Asia Triathlon Cup Chennai

Indonesian triathlete Ayu Pertiwi Martina clinched victory at the 2025 Asia Triathlon Cup Chennai, India, held on Sunday (2/16).