SPORT
Rudy Hartono: Idola Olahraga Bulu Tangkis Era 1960-an Hingga 1980-an

Seatoday.com, Jakarta Bulu Tangkis menjadi salah satu olahraga yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia. Tidak dimungkiri, bulu tangkis memang menjadi andalan bangsa Indonesia dalam pertandingan di kancah internasional. Tidak sedikit atlet bulu tangkis Indonesia yang berhasil memenangkan pertandingan di level internasional.
Salah satu atlet bulu tangkis Indonesia yang berhasil memenangkan pertandingan di level internasional adalah Rudy Hartono. Ia mampu memenangkan kejuaraan All England hingga delapan kali. Bahkan, kejayaan atlet yang memiliki nama asli Nio Hap Liang ini belum dapat ditaklukkan oleh atlet bulu tangkis dari negara mana pun. Sehingga ia menjadi idola masyarakat Indonesia di tahun 1960-an Hingga 1980-an.
Lalu siapakah sosok Rudy Hartono yang sangat menginspirasi ini?
Profil Singkat Rudy Hartono
Rudy Hartono Kurniawan lahir dengan nama Nio Hap Liang adalah salah satu pemain bulu tangkis Indonesia yang namanya pernah diabadikan dalam Guiness Book of World Records pada tahun 1982 karena berhasil membawa Indonesia meraih juara All England delapan kali dan memenangkan Thomas Cup sebanyak empat kali.
Rudy Hartono yang juga pernah dinobatkan sebagai salah satu Asian Heroes kategori Athletes & Explorers versi Majalah Time ini merupakan anak ketiga dari 9 bersaudara dengan ayah Zulkarnaen Kurniawan. Dua kakak Rudy, Freddy Harsono dan Diana Veronica juga pemain olahraga bulu tangkis meskipun baru pada tingkat daerah.
Ayah Rudy yang juga pernah bermain bulu tangkis di kompetisi kelas utama di Surabaya ini menyadari bakat Rudi ketika usianya menginjak 11 tahun. Rudy pun mulai dilatih secara sistematik pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang didirikan oleh Zulkarnain sendiri pada tahun 1951 dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya.
Program kepelatihan Zulkarnain ditekankan pada empat hal utama, yaitu kecepatan, pengaturan nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Sebelum di Oke, Rudy lebih banyak berlatih dengan turun ke jalan. Ia berlatih di jalan-jalan beraspal yang seringkali masih kasar dan penuh kerikil, di depan kantor PLN di Surabaya, yang sebelumnya bernama Jalan Gemblongan.
Setelah beberapa lama bergabung dengan klub ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk pindah ke klub bulu tangkis yang lebih besar yaitu Rajawali Group yang telah banyak menghasilkan pemain bulu tangkis dunia. Di akhir tahun 1965, Rudy lantas bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup.
Setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup, kemampuannya meningkat pesat. Ia menjadi bagian dari tim Thomas Cup yang menang pada 1967. Setahun kemudian, di usia 18 tahun, ia meraih juara yang pertama di Kejuaraan All England mengalahkan pemain Malaysia Tan Aik Huang dengan skor 15-12 dan 15-9. Ia kemudian menjadi juara di tahun-tahun berikutnya hingga 1974.
Sumber: Buku Mengukir Prestasi dengan Olahraga Bulu Tangkis (2019), oleh Didin Jahidin.
Sumber foto: Freepik